Transformator yang biasa
diistilahkan dengan transformer atau trafo adalah suatu alat untuk
Transformator yang biasa diistilahkan dengan transformer atau ‘trafo’ adalah
suatu alat untuk “memindahkan” daya listrik arus bolak-balik ( alternating
current ) dari suatu rangkaian ke rangkaian lainnya berdasarkan prinsip induksi
elektromagnetik ( EMF Induction ) yang terjadi antara 2 induktor ( kumparan )
atau lebih.
INTI BESI
Inti besi berfungsi untuk
mempermudah jalan fluksi, magnetik yang ditimbulkan oleh arus listrik yang
melalui kumparan. Dibuat dari lempengan-lempengan besi tipis yang berisolasi,
untuk mengurangi panas (sebagai rugi-rugi besi) yang ditimbulkan oleh Eddy
Current.
KUMPARAN TRANSFORMATOR
Kumparan transformator adalah
beberapa lilitan kawat berisolasi yang membentuk suatu kumparan atau gulungan.
Kumparan tersebut terdiri dari kumparan primer dan kumparan sekunder yang
diisolasi baik thgerhadap inti besi maupun terhadap antar kumparan dengan
isolasi padat seperti karton, pertinak dan lain-lain. Kumparan tersebut sebagai
alat transformasi tegangan dan arus.
Bagian-bagian terpenting dan
mendasar dari sebuah trafo adalah :
·
Kumparan primer (primary winding) yg dihubungkan
dengan sumber listrik.
·
Kumparan sekunder (secondary winding) yg
dihubungkan dengan beban.
·
Inti / teras / kernel (core) yang berfungsi
menyalurkan GGL induksi antar kedua kumparan.

1. PRINSIP TEKNIS KERJA TRAFO :
Dalam parktek, dikenal 3 sistem
pendeteksian dan pengendalian, yaitu :
Apabila kumpatan primer
dihubungkan dengan sumber tegangan dengan arus bolak balik (AC), maka arus I1
akan mengalir pada kumparan primer, dan menimbulkan flux magnet yang berubah-
ubah sesuai frekuensi arus I1 pada kernel trafo, dan menimbulkan GGL induksi e?
pada kumparan primer. Besarnya GGL induksi e? adalah :
e? = - N? d / dt volt
………………………………….. (1)
dengan : e? = GGL Induksi primer
N? = Jumlah lilitan primer
d = Jumlah GGM, dalam weber
dt = Perubahan waktu, dalam
detik
Perubahan flux magnetik yang
menginduksi GGL ep adalah flux bersama (mutual flux), sehingga GGL induksi
muncul pada kumparen sekunder sebagai es yang besarnya adalah :
es = Ns (d / dt) volt ……………………… (2)
es = Ns (d / dt) volt ……………………… (2)
dengan Ns = jumlah lilitan
kumparan sekunder dari (1) dan (2), perbandingan lilitan dapat didapat dari
perbandingan lilitan sebagai berikut :
a = ep / es = Np / Ns ………………….
(3)
dengan a = rasio perbandingan
lilitan (turn ratio) transformator
Karena rasio perbandingan
tegangan berbanding lurus dengan rasio perbandingan lilitan, maka apabila
a<1 maka trafo berfungsi sebagai penurun tegangan (step down transformer),
dan apabila nilai a>1 maka fungsinya adalah untuk menaikkan tegangan (step
up transformer).
Flux pada saat dinyatakan dengan f(t) = fm sin wt dengan m = nilai flux maksimum ( webwer), sehingga GGL pada kumparan primer adalah :
Flux pada saat dinyatakan dengan f(t) = fm sin wt dengan m = nilai flux maksimum ( webwer), sehingga GGL pada kumparan primer adalah :
ep = Np d / dt
ep = Np d m sin ?t / dt
ep = Np ? m cos ?t
ep = Np ? m sin (?t - ?/2)
GGL induksi primer maksimum
adalah (ep)max = - Np ? m, melalui persamaan :
ep = (Ep)max / ?2
= Np ? m / ?2
= 2? Np ? m ?2 / 2
= 3,14. 1.41 f Np m
ep = 4,44 f Np m ………………………………
(4)
dengan cara yang sama diperoleh
:
es = 4,44 f Nsm …………………………………
(5)
Apabila transformer dianggap
ideal, tanpa rugi-rugi daya, maka daya input Pi dianggap sama dengan daya
output Po. Sehingga dari ( 3 ) didapat:
U1.I1 = U2.I2
a = Np/Ns = U1/U2 = I1/I2
………………….. (6)
Persamaan (5) dan (6) inilah
yang biasa digunakan sebagai pendekatan dalam praktek pengawasan di lapangan.
2. JENIS / TIPE
TRANSFORMATOR :
- Jenis transformator berdasarkan fungsinya- Trafo step-up- Trafo step-down
- Jenis transformator berdasarkan perbandingan antara jumlah lilitan primer dan jumlah lilitan skunder- Trafo step-up- Trafo step-down
- Jenis transformator catu daya- Trafo engkel- Trafo CT
- Jenis tranformator berdasarkan inti- Trafo tipe shell- Trafo tipe inti
- Transformator berdasarkan kegunaan- Trafo tenaga- Ototransformator
6. Jenis transformator berdasarkan jenis fasa
tegangan- Trafo satu fasa- Trafo tiga fasa
3. JENIS / TIPE DAN
KLASIFIKASI TRAFO :
Sesuai dengan penjelasan diatas,
maka sebuah transformator distribusi berfungsi untuk menurunkan tegangan transmisi menengah 20 kV
ke tegangan distribusi 220/380V sehingga dengan demikian, peralatan utamanya
adalah unit trafo itu sendiri ( umumnya jenis 3 phase ).
1.
KUMPARAN
TERSIER :
Selain kedua
kumparan ( primer dan sekunder ) ada beberapa trafo yang dilengkapi dengan
kumparan ketiga atau kumparan tersier ( tertiary winding ). Kumparan tersier
diperlukan untuk memperoleh tegangan tersier atau untuk kebutuhan lain. Untuk
kedua keperluan tersebut, kumparan tersier selalu dihubungkan delta. Kumparan
tersier sering dipergunakan juga untuk penyambungan peralatan bantu seperti
kondensator synchrone, kapasitor shunt dan reactor shunt, namun demikian tidak
semua trafo daya mempunyai kumparan tersier.
2.
MEDIA
PENDINGIN / TANGKI
KONSERVATOR :

Khusus jenis
trafo tenaga tipe basah, kumparan-kumparan dan intinya direndam dalam minyak - trafo,
terutama trafo - trafo tenaga yang berkapasitas besar, karena minyak trafo
mempunyai sifat sebagai media pemindah panas dan bersifat pula sebagai isolasi (tegangan
tembus tinggi) sehingga berfungsi sebagai media pendingin dan isolasi. Untuk
itu minyak trafo harus memenuhi persyaratan sbb. :
1. ketahanan
isolasi harus tinggi ( >10 kV/mm )
2. Berat
jenis harus kecil, sehingga partikel-partikel inert di dalam minyak dapat
mengendap dengan cepat.
3. Viskositas
yang rendah agar lebih mudah bersirkulasi dan kemampuan pendinginan menjadi lebih baik.
4. Titik
nyala yang tinggi, tidak mudah menguap yang dapat membahayakan.
5. Tidak
merusak bahan isolasi padat ( sifat kimia )
3.
BUSHING TRAFO:
Merupakan
penghubung antara kumparan trafo ke jaringan luar. Bushing adalah sebuah konduktor
yang diselubungi oleh isolator, yang sekaligus berfungsi sebagai penyekat antara
konduktor tersebut dengan tangki trafo.
4.
TAP
CHANGER :
Tap Changer
adalah perubah perbandingan transformator untuk mendapatkan tegangan operasi
sekunder sesuai yang diinginkan dari tegangan jaringan / primer yang berubah -ubah.
Tap changer dapat dioperasikan baik dalam keadaan berbeban ( on-load ) atau
dalam keadaan tak berbeban ( off load ), tergantung jenisnya.
5.
BREATHER
:
Karena pengaruh
naik turunnya beban trafo maupun suhu udara luar, maka suhu minyakpun akan
berubah-ubah mengikuti keadaan tersebut. Bila suhu minyak tinggi, minyak akan
memuai dan mendesak udara di atas permukaan minyak keluar dari dalam tangki,
sebaliknya bila suhu minyak turun dan volumenya menyusut maka udara luar akan
masuk ke dalam tangki.
Proses di atas
disebut pernapasan trafo. Hal tersebut menyebabkan permukaan minyak trafo akan
selalu bersinggungan dengan udara luar yg menurunkan nilai tegangan tembus
minyak trafo. Untuk mencegah hal tersebut maka pada ujung pipa penghubung udara
luar dilengkapi tabung khusus yg berisi kristal yg bersifat hygroskopis.
6.
INDIKATOR
TRAFO :
1. Indikator
suhu minyak
2. Indikator
permukaan minyak
3. Indikator
sistem pendingin
4. Indikator
kedudukan tap
7.
PERLATAN
PENGAMAN :
Setiap unit
trafo distribusi selalu dilengkapi dengan peralatan pengaman, yang mengamankan
trafo khususnya fisis, elektris maupun kimiawi. Beberapa peralatan pengaman yg
umum dikenal, antara lain:
1.
Bucholz rele
:
Rele ini
berfungsi mendeteksi dan mengamankan trafo terhadap gangguan di dalam tangki
yang menimbulkan gas. Gas dapat timbul diakibatkan oleh :
1. Hubung
singkat antar lilitan pada/dalam phasa
2. Hubung
singkat antar phasa atau phasa ke tanah
3. Busur
api listrik antar laminasi atau karena kontak yang kurang baik.
2.
Over
pressure rele :
Rele ini
berfungsi hampir sama seperti rele Bucholz, yakni mengamankan terhadap gangguan
di dalam trafo. Bedanya rele ini hanya bekerja oleh kenaikan tekanan gas yang
tiba-tiba dan langsung mentripkan CB pada sisi upstream-nya.
3.
Differential
rele :
Berfungsi
mengamankan trafo dari gangguan di dalam trafo antara lain flash over antara
kumparan dengan kumparan, kumparan dengan tangki atau belitan dengan belitan di
dalam kumparan ataupun antar kumparan.
4.
Thermal rele
:
Berfungsi
untuk mengamankan trafo dari kerusakan isolasi kumparan, akibat adanya panas
berlebih yang ditimbulkan oleh arus lebih ( over current ). Parameter yang
diukur oleh rele ini adalah kenaikan temperatur.
Saat ini
keempat jenis reley tersebut diintegrasikan pada satu jenis rele yang dikenal
dengan DGPT2. Notasi DGPT2 berarti :
- D =
Differential rele
- G = Gas rele
- P = Pressure
rele
- T2=
Temperature ( thermal ) rele dengan 2 thermostat, masing masing digunakan untuk
men-triger alarm dan yang lainnya untuk mengoperasikan kumparan shunt pada CB
di sisi upstream, untuk memutuskan / men-trip pasokan daya ke trafo.
5.
OCR ( Over
Current Reley) :
Berfungsi
mengamankan trafo arus yang melebihi nilai yang diperkenankan lewat pada trafo
tersebut. Arus lebih dapat terjadi oleh karena beban lebih atau gangguan hubung
singkat.
6.
Reley tangki
tanah :
Berfungsi
untuk mengamankan trafo bila terjadi hubung singkat antara bagian yang
bertegangan dengan bagian yang tidak bertegangan pada trafo.
7.
Restricted
Earth Fault rele :
Berfungsi
untuk mengamankan trafo bila terjadi gangguan hubung singkat 1 phasa ke tanah.
TRANSFORMATOR INSTURMENTS
TRANSFORMATOR INSTURMENTS

Current Transformer (CT) adalah
suatu perangkat listrik yang berfungsi menurunkan arus yang besar
menjadi arus dengan ukuran yang lebih kecil. CT digunakan karena dalam
pengukuran arus tidak mungkin dilakukan langsung pada arus beban atau
arus gangguan, hal ini disebabkan arus sangat besar dan bertegangan
sangat tinggi. Karakteristik CT ditandai oleh Current Transformer Ratio (CTR) yang merupakan perbandingan antara arus yang dilewatkan oleh sisi primer dengan arus yang dilewatkan oleh sisi sekunder. Potential Transformer (PT) adalah
suatu peralatan listrik yang berfungsi menurunkan tegangan yang tinggi
menjadi tegangan yang lebih rendah yang sesuai dengan setting relay. Trafo ini juga memiliki angka perbandingan lilitan/tegangan primer dan sekunder yang menunjukkan kelasnya.
Adapun perbedaan kerja dari transformator potensial dan transformator arus adalah:- Pada transformator potensial, arus primer sangat tergantung beban sekunder, sedangkan pada transformator arus, arus primer tidak tergantung kondisi rangkaian sekunder
- Pada transformator potensial, tegangan jaringan dipengaruhi terminal-terminalnya sedangkan transformator arus dihubung seri dengan satu jaringan dan tegangan kecil berada pada terminal-terminalnya. Namun transformator arus mengalirkan semua arus jaringan.
- Pada kondisi kerja normal tegangan jaringan hampir konstan dan karena itu kerapatan fluks serta arus penguat dari transformator potensial hanya berubah di atas batas larangan sedangkan arus primer dan arus penguatan dari transformator arus berubah di atas batas kerja normal.
Power Transformator dibuat pada satu
dari dua macam inti. Tipe konstruksi pertama terdiri dari lapisan
lempengan baja segiempat sederhana dengan kumparan transformator melilit
di kedua sisi persegi-empat. Kontruksi ini dikenal dengan nama core
form seperti tampak pada gambar di bawah ini.

Sedangkan tipe konstruksi transformator
kedua dikenal dengan nama shell form. Tipe shell form terdiri sebuah
inti yang mempunyai lapisan tiga-kaki dengan kumparan melilit disekitar
kaki bagian tengah (gambar dibawah ini). Pada kasus yang lain, inti
dibuat berlapis-lapis yang diberi lapisan isolasi listrik disetiap
lapisannya untuk mengurangi timbulnya arus eddy.

Berdasarkan penggunaannya di dalam sistem tenaga listrik, Power transformator dapat dibedakan menjadi 3 macam yaitu:
- Unit/Step Up Transformator; sebuah transformator yang dihubungkan dengan keluaran generator dan digunakan untuk menaikkan tegangan pada level transmisi (110+ kV).
- Substation/Step Down Transformator; sebuah transformator yang diletakkan di bagian akhir lajur transmisi dan digunakan untuk menurunkan tegangan dari level transmisi ke level distribusi (37,5 kV).
- Distribution transformator; transformator yang mengambil tegangan distribusi dan menurunkan tegangannya ke level tegangan akhir yang mana daya listrik akan digunakan (110, 208, 220 V, dll).

Pada transformator ideal, tidak ada
energi yang diubah menjadi bentuk energi lain di dalam transformator
sehingga daya listrik pada kumparan skunder sama dengan daya listrik
pada kumparan primer. Pada transformator Ideal perbandingan antara
tegangan sebanding dengan perbandingan jumlah lilitannya. Dengan
demikian dapat dituliskan dengan persamaan berikut:

Namun, pada kenyataannya tidak ada
transformator yang ideal. Hal ini karena pada transformator selalu ada
rugi-rugi yang antara lain sebagai berikut:
- Rugi-rugi tembaga; rugi-rugi yang disebabkan oleh pemanasan yang timbul akibat arus mengalir pada hambatan kawat penghantar yang terdapat pada kumparan primer dan sekunder dari transformator. Rugi-rugi tembaga sebanding dengan kuadrat arus yang mengalir pada kumparan.
- Rugi-rugi arus eddy; rugi-rugi yang disebabkan oleh pemanasan akibat timbulnya arus eddy (pusar) yang terdapat pada inti besi transformator. Rugi-rugi ini terjadi karena inti besi terlalu tebal sehingga terjadi perbedaan tegangan antara sisinya maka mengalir arus yang berputar-putar di sisi tersebut. Rugi-rugi arus eddy sebanding dengan kuadrat tegangan yang disuplai ke transformator.
- Rugi-rugi hysteresis; rugi-rugi yang berkaitan dengan penyusunan kembali medan magnetik di dalam inti besi pada setiap setengah siklus, sehingga timbul fluks bolak-balik pada inti besi. Rugi-rugi ini tidak linear dan kompleks, yang dituliskan dalam persamaan:

- Fluks Bocor; kebocoran fluks terjadi karena ada beberapa fluks yang tidak menembus inti besi dan hanya melewati salah satu kumparan transformator saja. Fluks yang bocor ini akan menghasilkan induktansi diri pada lilitan primer dan sekunder sehingga akan berpengaruh terhadap nilai daya yang disuplai dari sisi primer ke sisi sekunder transformator.
Dalam membuat rangkaian ekivalen
transformator, kita harus memperhitungkan semua ketidaksempurnaan
(cacat) yang ada pada transformator yang sebenarnya. Setiap cacat utama
diperhitungkan dan pengaruhnya dimasukkan dalam membuat model
transformator. Effect yang paling mudah untuk dimodelkan adalah
rugi-rugi tembaga. Rugi-rugi tembaga dimodelkan dengan dengan resistor
Rp di sisi primer transformator dan resistor Rs di sisi sekunder
transformator.
Fluks bocor pada kumparan primer ?lp menghasilkan tegangan elp yang diberikan oleh persamaan:

Sedangkan Fluks bocor pada kumparan sekunder ?ls menghasilkan tegangan els yang diberikan oleh persamaan:

Karena
fluks bocor banyak yang melalui udara, kontanta reluktansi udara lebih
besar daripada reluktansi inti besi, maka fluks bocor primer ?lp proporsional dengan arus primer Ip dan fluks bocor sekunder ?ls proportional dengan arus sekunder Is. Sehingga didapatkan:

Dengan
Lp induktansi diri lilitan primer dan Ls induktansi diri lilitan
sekunder. Dengan demikian fluks bocor pada rangkaian ekivalen
transformator akan dimodelkan sebagai induktor primer dan sekunder.
Kemudian yang terakhir adalah memodelkan
pengaruh dari eksitasi inti transformator, yaitu dengan memperhitungkan
arus magnetisasi Im, rugi-rugi arus eddy, dan rugi-rugi hysteresis.
Arus magnetisasi Im adalah arus yang sebanding dengan tegangan pada
inti transformator dan lagging (tertinggal) 90 dengan tegangan supplai,
sehingga dapat dimodelkan sebagai reaktansi Xm yang dipasang paralel
dengan sumber tegangan primer. Arus rugi inti (arus eddy dan hysteresis)
merupakan arus yang sebanding dengan tegangan pada inti transformator
dan satu phase dengan tegangan supplai, sehingga dapat dimodelkan
dengan hambatan Rc yang dipasang paralel dengan sumber tegangan primer.
Dengan demikian maka dihasilkan model untuk real transformator sebagai
berikut.

Kemudian
rangkaian ekivalen diatas dapat disederhanakan dengan melihat pada
sisi primer atau pada sisi sekunder. Seperti terlihat pada gambar
dibawah ini:

Kegunaan Transformator dan jenis-jenis nya
TUGAS 2 TEKNIK TENAGA LISTRIK
Transformator adalah peralatan atau perangkat listrik yang dapat
digunakan untuk mengubah energy listrik yang satu ke energy listrik yang
lain dimana tegangan keluaran (output) dapat dinaikkan atau diturunkan
oleh piranti ini sesuai dengan kebutuhan.
Trafo dibagi menjadi 4 jenis macam yang berdasarkan kegunaannya yaitu:
a)Trafo penaik tegangan (step up) atau dapat juga disebut sebagai trafo daya.
b)Trafo penurun tegangan (step down) atau dapat juga disebut sebagai trafo distribusi.
c)Trafo alat ukur (instrument)
d)Trafo yang digunakan pada peralatan atau rangkaian elektronik, yakni untuk memblokir
rangkaian yang satu dengan rangkaian yang lain.
MENGGULUNG TRANSFORMATOR/ TRAFO
|
Ukuran Koker dalam Cm dan diukur bagian dalamnya (bagian yang untuk menggulung lilitan.
Semakin besar inti trafo/ diameter koker jumlah lilitan makin sedikit.
Contoh:
Diketahui Lebar koker 3,5 Cm, Panjang 5 Cm.
Diameter koker 2x (3,5 + 5 Cm) = 17 Cm.
Jumlah lilit tiap 1 Volt = (50/ 17) + ((50/17) x 0,1))
= (2,94) + (2,94 x 0,1) = 2,94 + 0,3
= 3,24 lilit tiap 1 Volt.
Jumlat lilit untuk tegangan 220 V = 220 x 3,24 = 712,8 = 713 lilit.
Jumlah lilit Untuk tegangan 12 V = 12 x 3,24 = 38,88 = 39 lilit.
Jumlah lilit untuk tegangan 3 V = 3 x 3,24 = 9,72 = 10 lilit.
Tegangan dapat di buat bertingkat, perhatikan gambar :
Langkah Kerja:
1. Menyiapkan Inti Trafo yang berbentuk huruf E dan I.
2. Membuat koker trafo dengan bahan isolator. Paling mudah menggunakan PCB yang dilarutkan tembaganya.
3. Ukuran koker tergantung ukuran inti besi yang dipakai, sehingga ukuran koker diukur dengan inti trafo. Perhatikan gambar:
4. Potongan bagian-bagian koker di atas di susun dan diberi perekat lem castol/ Fox.
5. Kawat email digulung pada koker dengan arah gulungan tetap, dan jumlah lilitan sesuai kebutuhan tegangan.
6. Diameter kawat email akan menentukan arus out put trafo. makin besar diameter kawat, arusnya makin besar.
7.
Antara lapisan gulungan primer dan sekunder diberi lapisan kertas
minyak untuk mencegah kebocoran arus PLN masuk ke gulungan skunder.
Cara Membuat Trafo
PERENCANAAN PENGGULUNGAN
TRANSFORMATOR
Suatu transformator terdiri dari 2 buah kumparan (gulungan) kawat email. Kumparan pertama disebut gulungan primer dan kumparan yang kedua disebut sekunder.
Bahan – bahan yang diperlakukan untuk menggulung suatu transformator antara lain :
a. Kern
Kern atau teras besi lunak yang terbentuk dari kumparan besi lunak yang mengandung silicon yang berbentuk seperti huruf E dan I
b. Koker
Koker atau rumah atau tempat mengulung kumparan primer dan sekunder
c. Kawat email
Kawat email yang terbuat dari tembaga yang dilapiskan bahan isolasi yang tahan panas.
Penentuan Gulungan atau volt
Pada system penggulungan trafo biasa
terjadi penyimpangan kerugian Seperti kerugian kawat email dan kurang
panas tidak diperhitungkan. Kerugian seperti ini sekitar 20% sampai 30%
dari tembaga gulungan Primer.
Apabila
kita ingin merencanakan gulungan sekunder 100 watt,maka Tenaga primer
harus lebih 20% sampai 25% dari tenaga sukunder. Yang harus selalu
diingat bahwa setiap kali tegangan gulungan Sekunder diberi beban
tegangannya akan turun.
Keterangan :
I2 =arus yang mengalir ke beban
E1=tegangan gulungan primer dari PLN
E2=tegangan gulungan sekunder
Dinegara kita tegangan listrik berfrekuensi sekitar 50 sampai 60 Circle/second oleh sebab itu untuk menghitung gulungan pervolt kita.
Dapat memakai rumus:
Circle per second x 1 gulungan
Keliling besi kern untuk koker
Untuk menghindarkan panasnya transformator tenaga kita dapat memakai standar 56 circle/second sebagai dasar perhitungan
Jadi rumus perhitungan jumlah gulungan per volt:
56 x 1 gulungan
Keliling besi kern untuk koker
GULUNG PER VOLT
Yang dimaksud dengan gulungan per volt yaitu sejumlah gulungan kawat yang disesuaikan untuk tegangan sebesar 1 Volt.
Untuk menetapkan besar jumlah gulung per volt dipakai ketentuan :
Rumus : gpv = f / O
Dimana
Gpv = jumlah gulang per volt
f = frekuensi listrik (50 Hz)
O = luas irisan teras diukur dengan cm. (hasil kali dari lebar dan tinggi tempat gulungan
Contoh 1 :
Sebuah tempat gulung kawat transformator mempunyai ukuran lebar 2,5 Cm dan tinggi 2 cm. Besar jumlah gulungan per volt :
Jawab :
gpv = f / O
f = 50 Hz
O = 2,5 x 2 = 5 Cm2
gpv = 50 / 5
= 10 gulung / volt
(setiap 10 lilitan kawat berlaku untuk tegangan sebesar 1 volt)
Contoh 2 :
Dibutuhkan
sebuah transformator dengan tegangan 220 V untuk gulung primer dan
tegangan 6 V digulungan sekundernya, lebar tempat gulungan kawat 2,5 cm
dan tinggi 2 cm. Berapa jumlah gulungan atau banyaknya lilitan untuk kawat primer dan sekunder.
Jawab :
O = 2,5 x 2 = 5 cm2
gpv = 50 / 5 = 10
Jadi untuk gulung primer dibutuhkan
sejumlah 220 x 10 = 2200 lilitan. Untuk gulungan sekunder dibutuhkan 6 x
10 = 60 lilitan. Mengingat selalu adanya tenaga hilang di tansformator
jumlah lilitan digulungan sekunder ditambahkan 10% = 60 +6 = 66 lilitan.
Dengan jumlah lilitan tersebut
diatas maka bila gulung primer dihubungkan kepada tegangan listrik jala
– jala sebesar 220 V, gulungan sekundernya menghasilkan tegangan
sebesar 6 volt.
GARIS TENGAH KAWAT
Garis
tengah atau tebal kawat tembaga menentukan kemampuan kawat dilalui arus
listrik. Bila listrik yang mengalir didalam kawat melebihi kemapuan
dari kawat akan mengakibatkan kawat menjadi panas dan jika arus yang melalluinya jauh lebih besar dari kemampuan kawat , kawat akan terbakar dan putus.
Tabel garis tengah kawat
Garis tengah atau tebal
kawat (mm)
|
Kemampuan dilalui
arus ( A )
|
0,1
|
0,016 – 0,024
|
0,15
|
0,035 – 0,053
|
0,2
|
0,063 – 0,094
|
0,25
|
0,098 – 0,147
|
0,3
|
0,141 – 0,212
|
0,35
|
0,190 – 0,289
|
0,4
|
0,251 – 0,377
|
0,45
|
0,318 – 0,477
|
0,5
|
0,390 – 0,588
|
0,6
|
0,566 – 0,849
|
0,7
|
0,770 – 1,16
|
0,8
|
1,01 – 1,51
|
0,9
|
1,27 – 1,91
|
1
|
1,57 – 2,36
|
1,5
|
3,53 – 5,3
|
2
|
6,28 – 9,42
|
2,5
|
9,82 – 14,73
|
3
|
14,14 – 21,20
|
3,5
|
19,24 – 28,86
|
4
|
25,14 – 37,71
|
Contoh 3:
Suatu alat memakai alat tenaga listrik 400 Watt dipasang pada tegangan 20 V. Untuk menghubungkan alat tersebut ke sumber aliran dibutuhkan kawat yang bergaris tengah :
W = 400 Watt
E = 200 Volt
I = W/E I = 400/200 I = 2 Ampere
Agar mampu dilewati arus sebesar 2 A dipakai kawat dengan ukuran garis tengah 1 mm. Transformator jala-jala umumnya mempunyai gulungan yang bercabang guna menyesuaikan
tegangan.
Contoh perencanaan mengulung trafo :
Perencanakan sebuah transformator jala-jala dengan data-data sebagai berikut:
Teras
besi yang dipergunakan mempunyai lebar 2,5 Cm dan tinggi 2 Cm.
Dikehendaki gulung primer untuk dipasang pada tegangan 110 V atau 220 V
dan gulung sekunder yang menghasilkan tegangan 6 V dan 9 V, yang
menghasilkan arus 500 mA.
Tentukan berapa jumlah gulung primer dan gulung sekunder beserta cabang - cabangnya. Berapa ukuran tebal kawat yang dibutuhkan.
Pemecahannya:
0 = 2,5 x 2 = 5 Cm2.
gpv = 50/5 = 10.
Jumlah gulungan primer untuk 110 V: 110 X 10 = 1100 lilitan
Jumlah gulung primer untuk 220 V: 220 X 10 = 2200 lilitan.
Jumlah gulungan sekunder untuk 6 V: 6 X 10 = 60 lilitan + 10% = 66 lilitan.
Jumlah gulungan sekunder untuk 9 V: 9 X 10 = 90 lilitan + 10% = 99 lilitan.
Jumlah gulung primer untuk 220 V: 220 X 10 = 2200 lilitan.
Jumlah gulungan sekunder untuk 6 V: 6 X 10 = 60 lilitan + 10% = 66 lilitan.
Jumlah gulungan sekunder untuk 9 V: 9 X 10 = 90 lilitan + 10% = 99 lilitan.
Cara
menggulung kawatnya untuk tegangan 110 V dan 220 V tidak digulung
sendiri-sendiri, tetapi cukup mencabang sebagai berikut: digulung dulu
sebanyak 1100 lilitan untuk 110 V, kemudian ujung dari akhir gulungan
disalurkan keluar sebagai cabang untuk kemudian digulung lagi sebanyak
1100 lilitan lagi untuk tegangan 2200 V.
Demikian
halnya digulung sekunder: kawat digulung dulu sebesar 66 lilitan untuk
tegangan 6 V kemudian di cabang, untuk kemudian ditambah gulungan lagi
sebesar 33 lilitan buat tegangan 9 V.
Selanjutnya untuk menentukan tebal atau diameter kawat digulung primer dan digulung sekunder dilakukan sebagai berikut:
Tebal kawat sekunder:
Karena
gulung sekunder telah ditentukan mempunyai besar arus 500 mA diperlukan
kawat yang mempunyai diameter 0,5 mm (dilihat di daftar tebal kawat)
Tebal kawat primer:
Untuk menentukan tebal kawat untuk kawat gulungan primer harus diketahui besar arus primer.
Besar arus primer: II = WL/EI
II = besar arus primer.
WL = tenaga digulung primer.
EI = tegangan primer.
WL = tenaga digulung primer.
EI = tegangan primer.
Karena besar tegangan primer juga belum diketahui, maka dapat ditentukan dengan memakai
RUMUS : W1 = 1,25 X W2 (rendemen dianggap 80%)
W1 = besar tegang digulung primer
W2 = besar tegangan digulung sekunder.
W2 = besar tegangan digulung sekunder.
Besar tegangan sekunder W2 = E2 X 12.
W2 = tegangan sekunder.
E2 = tegangan sekunder.
E2 = tegangan sekunder.
Besar arus dan tegangan sekunder telah diketahui yaitu: 9 V, 0,5 A. (500mA)
Besar tegangan sekunder : W2 = 0 X 0,5 = 4,5 Watt.
Besar tegangan primer : W1 = 1,25 X W2
= 1,25 X 4,5
= 5,625 Watt dibutuhkan 5,6 Watt.
Besar arus primer : I1 = W1/E1
I1 = 5,6/220
= 0,025 A = 25 mA.
Menurut
daftar tebal kawat primer untuk untuk 25 mA berukuran: 0,15 mm. Dari
keterangan di atas transformator yang direncanakan mempunyai
ukuran-ukuran seperti dibawah ini:
Jumlah gulung primer untuk 110 V: 1100 lilitan, diberi cabang kemudian digulung lagi sebanyak 1100 lilitan, untuk 220 V.
Gulung
sekunder untuk 6 V: 66 lilitan, diberi cabang dan ditambah 33 lilitan
untuk 9 V. Tebal kawat 0,15 mm. Tebal kawat sekunder 0,5 mm.
Cara menggulung kawat trafo
dipraktek dilkukan dengan melilitkan kawat secara merata syaf demi syaf. Antara
syaf satu dengan yang lainnya diberi isolasi kertas tipis. Pembuatan
cabang dari lilitan dilakukan dengan membengkokkan kawat diluar lilitan, untuk kemudian dilanjutkan manggulung lagi kawat sampai selesai.
Guna
melakukan itu semua pada lobang tempat gulungan dimasukkan sepotong
kayu ukuran yang sesuai yang pada kedua belah ujungintinya dimasukkan as
dari logam yang berhubungan dengan alat pemutar. (lihat gambar)
Apakah bagian primer atau sekunder yang digulung terlebih dulu tidak menjadi soal karena kedua akan memberi hasil yang sama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar